Monday, May 2, 2011

Dy si mooDy - 14

Ketika aku terbiasa dan mulai nyaman bersamamu. Kita dipertemukan tanpa -ku-sengaja, dengan cara yang sederhana. Sama sekali tak pernah kuduga, tapi itu nyata. Kau datang dengan cinta, kusambut dengan harapan. Namun seiring waktu, semua berubah. Berbeda, tak lagi sama.

Ketika kau menuduhku melakukan sebuah kebohongan besar yang -bahkan- tak pernah terpikir untuk kulakukan. Tahukah ? Sakit, aku merasa difitnah.

Ketika kau memaksaku bersumpah, untuk meyakinkan semua keraguanmu. Tahukah ? Sakit. Aku merasa menjadi seorang terdakwa.

Ketika kau menganggap aku dan sahabatku bersekongkol untuk mengelabuhimu. Tahukah ? Saat itu ingin sekali kuberteriak, "CUKUP AKU, TIDAK PERLU MEMBAWA NAMA SAHABATKU ! DIA TIDAK BERSALAH !!"

Ketika aku berkata bahwa aku menginginkan sebuah diary. Kau datang membawakannya. Tahukah ? Sesungguhnya bukan itu yang kuminta. Lusinan diary, aku sanggup membelinya sendiri. Tapi, hadiah mendapatkan seseorang yang dapat kupercaya, selayak aku bebas bercerita pada diaryku, sangat berharga. Bahkan tak ternilai harganya. Tapi terimakasih untuk diarymu.

Ketika aku lebih memilih duduk disampingmu dan meninggalkan temantemanku karena kutahu aku sulit untuk setiap hari melihat senyummu, kau malah berkata, "kenapa tidak bersama mereka ? Mereka lakilaki, kau pasti suka !". Tahukah ? Tanpa kau sadari, kau seakan menganggapku wanita murahan.

Ketika kau mengatakan, "kenapa tidak melanjutkan ke PTN ? 0rangtua mu tidak mau membayar kuliah mu ?". Tahukah ? Tanpa kau sadari, kuanggap kau merendahkan orangtua ku. Aku yakin mereka menyayangiku dan tahu mana yang terbaik untukku.

Ketika kau bercerita tentang orang lain yang ingin dekat denganmu kepadaku, kau ingin membuatku cemburu ? Mungkin awalnya iya, tapi kemudian hatiku berkata,"apa kau patut untuk diperjuangkan ?"

masih banyak hal-hal kecil lain yang tanpa kau sadari, dengan cara itu kau menggeroti harapanku. atas itu semua, aku hanya bisa tersenyum dihadapanmu. Karena aku takut dengan lidahku. Untuk ini, kau boleh menyebutku pecundang.

tak ada maksud lain, aku hanya ingin membuatmu sadar akan betapa pentingnya arti sebuah kepercayaan dan apa itu ketulusan. Aku tahu aku pun tidak sempurna, bahkan lebih buruk. Tapi satu niat dan do'a tulusku. Kau mau berubah. Karena aku tidak ingin melihatmu menyakiti orang yang jauh lebih baik yang nantinya akan kau temukan. Satu pula keyakinanku : aku tidak pernah takut untuk kehilangan atau dikecewakan, karena itulah cara Tuhan sebelum mempertemukan ku dengan yang lebih baik.


jika kau sekarang bertanya, apakah harapan itu masih ada ?

...


11-1-2011
_dyas aja_

No comments:

Post a Comment