Kulihat layar Hp ku, waktu menunjuk pukul 18.23. Belum terlalu malam untuk pergi ke dokter, pikirku. Yah, aku adalah gadis 18 tahun yang berkawat gigi dan harus menjalani perawatan setiap sebulan sekali. Ini adalah kali ku ke 12, dan aku terbiasa 'berkunjung' ke Dr. Bakti sendiri.
Mobil angkutan kota yang kutumpangi ini melaju dengan kecepatan sedang. Aku duduk disamping sopir, sekedar mencari tempat yang paling nyaman. Angin menerobos melalui jendela pintu, menembus kulitku. Tidak biasanya kotaku sedingin ini.
"mau kemana mbak ?" tanya sopir angkutan yang terlihat 10 tahun lebih tua dariku.
"gunung intan sari." jawabku tanpa menoleh.
"hah ? Gunung sari intan toh mbak ?" tanya nya lagi sambil menahan tawa.
"ah iya. Itu maksudnya. Gunung sari intan.." aku hanya tertawa kecil. Cukup memalukan memang, namun dengan begitu kurasa suasana menjadi sedikit lebih hangat. 'Kawat gigi' menjadi topik pembicaraan kami. Sebenarnya aku tidak ingin membahas hal yang mengingatkan ku pada tang besar yang selalu dibawa Dr. Bakti ketika akan mencabut 4 buah gigi pramolarku.
"sudah kerja atau masih sekolah ?" tanya nya mulai mengalihkan topik.
"masih sekolah, SMA."
"SMA mana ?"
"SMA 5" jawabku datar.
"Oh .. Aku dulu juga sekolah disitu." ia berkata dengan semangat.
"wah, kakak alumni dong ?" kataku tak kalah bersemangat.
"enggak, aku bukan alumni. Delapan bulan sekolah .. Aku dikeluarkan."
hening beberapa saat.
aku terdiam, takut menanyakan mengapa ia dikeluarkan dari sekolah. Ku lihat tatapannya menerawang. Lantas ia berkata,
"aku ketahuan ngedrugs. Pil koplo." lanjutnya dengan nada datar, namun mampu membuat tenggorokan ku tercekat. Aku tak tahu harus berkata apa. Jantungku berdegup lebih cepat.
_tobecontinued_
9-12-2010
_dyas aja_
No comments:
Post a Comment